omasastro

Perempuan yang lebih suka ngoceh pakai jari daripada pakai mulut.

Rasan-Rasan

Suami Brewokan

Bismillaah..

 

Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh, Bapak, Ibu, Mbak Mas, teman semua…

Pagi tadi, terbetik dalam pikiran saya untuk menulis catatan ini. Sebenarnya kurang penting juga sih… Tapi karena catatan kali ini berangkat dari ketidak tahuan saya tentang satu hal, makanya saya ingin berbagi dengan njenengan semua. Barangkali ada yang bisa kita bagi bersama lewat rasan-rasan kali ini.

 

Untuk teman-teman perempuan saya, pernahkah suatu ketika kalian menyapu halaman, lalu tiba-tiba ada seseorang nyeletuk : “Nyapunya yang bersih ya… Kalo ngga bersih, nanti suaminya brewokan loh…”

Pasti salah satu dari teman-teman pernah mendengar celetukan itu kan? Trus, apa jawab kalian? “Iya, ini juga udah bersih…” atau, “Masak sih, Bu..” atau, “Hehehehe…” ?

 

Saya juga sering bingung ketika saya sedang menyapu halaman depan rumah simbah saya- yang cukup menguras energi- lalu tiba-tiba seseorang berteriak pada saya (paling sering tetangga depan rumah tuh): “Nyapunya yang bersih ya, Mbak Nonik… Biar suaminya nanti ngga brewokan!”

 

Pada awalnya saya hanya membalasnya dengan senyuman heran. Sambil mengerutkan kening, terbersit tanya ‘Apa hubungannya nyapu ngga bersih dengan suami brewokan?’ Dan tidak hanya satu dua kali saja saya mendengar tetangga saya berkata begitu. Lain hari, meluncur lagi perkataan yang sama, dari lain tetangga.

 

Lama-lama, saya jadi berpikir, harus jawab apa ya… Karena kalau dalam istilah saya, kata-kata mereka itu jadi begitu ‘NJELEI’. *Perasaan kalau saya lagi nyapu, diperhatiin mulu siy! Suatu ketika, saya menyapu di sore hari. Bisa ditebak komentar apa yang saya terima saat itu. Ya, betul sekali : “Hayooo… Mbak Nonik nyapunya yang bersih, nanti ndak suaminyya brewokan! Hehehe…”

 

Lantas- karena saking kesalnya- spontan saja saya jawab, “BIARIN MBAK, EMANG SAYA NYARI YANG BREWOKAN KOK!” *Weeekkk, weekkk…. rasanya saya pengen ngomong gitu sambil ‘melet-melet’!

 

NB: Nah, bapak ibu, temans semua… adakah dari njenengan semua yang tahu, APA HUBUNGAN ANTARA NYAPU DENGAN BREWOKNYA SUAMI? Toh kalo saya amati, ada juga tetanggga saya yang punya suami brewokan, tapi kalo nyapu juga bersih… (sampe tanah-tanahnya juga disapu… hihihihi…)

Sweep icon. Sweep symbol design from Cleaning collection. Simple element vector illustration on white background.
Rasan-Rasan

Namanya Saridah

Malam ini, tadarus keputrian malam Rabu dialihkan ke Mas Dar-Masjid Darussalam- karena pengisi jadual tempat yang seharusnya ‘kanggonan’ (ketempatan) belum siap. Awalnya saya mengira tadarus malam ini hanya akan dihadiri paling banyak 7 orang. Namun, alhamdulillah, sekitar 13 orang hadir dan meramaikan majelis rutin ini. Tak terkecuali Saridah. Remaja putri berusia sekitar 13 tahun-an. Sudah empat kali pertemuan berturut-turut saya tidak pernah menemukan Saridah absen. Bahkan ketika ia sedang tidak enak badan atau berhalangan ( : haid) pun ia selalu datang ke pertemuan rutin ini.

 

Maasya Allah… Saridah. Saya sering dibuat malu olehnya. Bukan malu karena kepintarannya, karena setahu saya Saridah tidak melanjutkan sekolah selepas SD (baru beberapa hari yang lalu saya tahu ternyata dia kelas 2 SMP sekarang), atau malu karena hal lainnya, melainkan malu karena semangatnya. Saya tidak tahu bagaimana dahulu Saridah terlahir, dan saya tidak pernah tega menanyakan tentang hal itu, bahkan pada saudaranya. Yang saya tahu saat ini, saya merasa lebih beruntung dibanding dia. Di pertemuan tadi, saya dan Saridah berada dalam satu kelompok- kami biasa membagi anggota yang hadir dalam beberapa kelompok- dan saya duduk persis di sampingnya.

 

Konsentrasi mengaji saya terpecah. Saridah telah menarik perhatian saya begitu lama. Setiap ia membaca ayat Qur’an yang menjadi gilirannya, serta merta mata saya akan tertuju padanya. Saya amati jarinya yang bergerak menuding Qur’annya. Bergetar. Saya tidak tahu- dalam dunia kesehatan atau apa pun itu- istilah apa yang tepat untuk menggambarkan kondisi Saridah. Tubuh Saridah sering bergerak-gerak sendiri, suaranya tercekat, ia selalu mengalami kesulitan saat bicara. Kata-katanya pun tidak jelas, lebih seperti orang yang sedang menggumam. Ketika membaca Qur’an, Saridah memerlukan waktu lebih lama dibandingkan yang lain… untuk satu ayat, bisa satu menit lebih. Itu karena kondisinya, dan kami semua memaklumi.

 

Dan dari Saridah yang hadir malam ini, saya kemudian tersadar, betapa jauhnya saya dibanding dia. Alangkah tidak bersyukurnya saya…

 

Saat orang-orang seperti Saridah- yang memiliki banyak keterbatasan- begitu bersemangat mengaji, meski dengan terbata-bata. Saya tengok diri saya sendiri- yang dikaruniai Allah tubuh yang lengkap, mulut yang mampu mengeluarkan suara tanpa kesulitan- masih sering merasa malas untuk mengaji. Astaghfirullohal ‘adzim…

 

Saridah, dengan segala kekurangan fisik yang ia miliki, penuh semangat mendekap Qur’an besarnya. Dengan jilbab yang tidak pernah rapi, dan warna pakaian yang slalu tampak bertabrakan, dia tersenyum. Berjalan terburu di setiap pertemuan tadarus bersama. Ya Allah… berkahilah Saridah… pelecut semangat kami.

(lebih…)

Serial Rubijah

Mandor Masjid

Ini hanyalah sekelumit kenangan lamaku tentang dia yang bernama Rubijah. Kenangan yang hingga saat ini membuatku bangga sekaligus malu. Tapi mungkin rasa malu itu hanya seujung jariku bila dibandingkan dengan rasa banggaku pada sosoknya. Sosok Simbok di masa kecilku yang kalau lagi keluar galaknya, membuat aku malu pada teman-temanku. Tapi sering di saat-saat tertentu, aku pun bangga menjadi cucunya.

(lebih…)

Serial Rubijah

Serial Rubijah : Brownies Katresnan

“Cinta ibu sepanjang jalan, cinta anak sepanjang galah.”

Sepertinya ungkapan itu memang benar untuk menggambarkan cinta kasih seorang ibu. Diibaratkan seperti sebuah jalan, tanpa ujung, tanpa akhir. Begitulah cinta seorang ibu pada anak-anaknya. Tanpa melihat adanya jalan buntu tentu. Hehe… Kalaupun ada seorang ibu yang tega menyakiti buah hatinya, kurasa ada yang salah dalam diri dan kehidupan ibu itu. Entahlah.

Catatanku kali ini hanya akan bercerita tentang seorang ibu dengan cintanya yang sepanjang jalan. Ya, si ibu itu adalah Rubijah. Mbah Sastro putri, simbahku yang biasa kupanggil Simbok.

(lebih…)