Mata Terkena Smash Batu, Buta Nggak Ya?

Liburan yang Gagal

Manusia berencana, Allah yang memutuskan segalanya.

Yes, rencana liburan di akhir tahun memang impian semua orang. Apalagi pas momen anak-anak libur sekolah. Begitu juga saya, sudah merancang tanggal sekian klinong-klinong sekeluarga, qodarullaah, batal semua. Wkwkwkwk

Yah, apa boleh buat. Semua harus tetap disyukuri. Batal liburan tak apa, yang penting masih bisa ngumpul kruntelan serumah. Hehe…

Tulisan kali ini, cuma mau bahas dikit tentang musibah kecil yang kami alami beberapa waktu lalu. Insya Allah semua ujian yang kami alami, akan jadi introspeksi diri. Ya anggap saja muhasabah akhir tahun, walaupun jan jane muhasabah tu ya setiap hari ya. 😅

Tanggal 12 Desember 2022 akan jadi pengalaman berharga untuk keluarga kami. Kenawhy setiap akhir tahun kok ya ada saja ujian menerpa ya. Hiks…

Berawal dari satu sore yang syahdu, saya sedang menggoreng tahu. Anak-anak main seperti biasa. Tak ada yang mencurigakan Hingga tiba-tiba, suara tangis Sulthon terdengar di telinga.

Sulthon yang sejak jamaah Ashar di masjid tak pulang- ternyata habis sholat langsung pergi main- tetiba pulang dengan tangis meraung-raung diantar tetangga naik motor.

Ada apa gerangan? Kompor saya matikan, tahu yang masih setengah mangkok sayao tinggalkan.

 

“Sakit, sakit, sakit!” teriak Sulthon sambil menangis dan menutup mata dengan tangan kanannya.

“Apanya yang sakit?” tanya saya panik. Wajar yah, namanya ibu ke anak, liat anak histeris, auto panik, bingung kudu diapakan.

 

“Sakit, sakit, sakiiiittt!” Sulthon masih saja teriak teriak sambil nangis. Saya coba tenangkan dan memberinya air putih.

 

“Udah, minum dulu. Gek tak liat yang sakit apanya.”

 

“Huhuhuhu… ”

 

“Mana yang sakit? Coba buka matanya.” Sulthon yang menahan rasa sakit, mencoba membuka mata. Astagfirullaah… Seru saya kaget.

 

“Yah, perikso PKU saiki, Yah!” teriak saya ke ayahnya anak-anak.

 

“Mripate berubah warna, Yah!” saya panik beneran.

 

Suami langsung ganti baju, ambil dompet dan motor. Cuss ke PKU, rumah sakit terdekat dari rumah.

 

Hati saya sudah tak karuan rasanya.

 

****

Dibawa ke YAP dengan ambulans MCCC

Dirujuk ke RS YAP

 

Setelah 15 menitan berlalu, Sulthon dan ayahnya pulang. Langsung saya tanya apa kata dokter.

 

“Kudu langsung neng YAP, IGD.” kata suami.

(Harus dibawa langsung ke YAP, ke IGD)

 

“Numpak opo, Yah?”

(Naik apa, Yah?)

 

“Ambulans.”

 

Ternyata sepulang dari PKU, suami inisiatif langsung ke rumah Mas Ali- relawan Muhammadiyyah MCCC yang juga tetangga kami- untuk minta tolong diantar ke YAP dengan ambulans. Kenapa ga langsung kesana pakai motor? Pertimbangannya, biar lebih cepat sampai di rumah sakit, lebih cepat tertangani. Karena sore hari, di hari kerja, pas jam pulang kerja pula, jalanan menuju YAP pasti jejal luar biasa. Pakai ambulans akan lebih menghemat waktu.

Saya tidak bisa ikut mengantar ke YAP. Di rumah, sambil terus menanti wa suami, bayangan-bayangan seram ala orang overthinking semakin menjadi. Khawatir cacat, buta, tak bisa melihat, besok gedenya gimana. Aduhai, nikmatnya punya anak lelaki. Adrenalin serasa terpacu tiap hari.

Kurang lebih saat Maghrib, suami berkabar lewat wa. Sulthon sudah ditangani dokter. Dekternya baik, dan ramah, katanya. Menurut diagnosa dokter, terjadi perdarahan dalam mata. Namun alhamdulillah tidak ada luka robek. Bagian pupil tertutup darah sehingga mata kanan Sulthon tidak dapat melihat saat itu. Bersyukur sekali tidak perlu operasi mata.

Di ruang IGD YAP menunggu dokter datang.

Tindakan Medis

 

Membaca kabar dari suami, bahwa mata anak kami insya Allah bisa pulih lagi, tenang rasanya. Meskipun semalaman saya tetap tak bisa tidur, biasalah, overthinking. Wkwkwkwk. Kata dokter, banyak pasien dengan keluhan yang lebih parah, terkena ledakan petasan misalnya, alhamdulillaah bisa sembuh. Mata kanan Sulthon – yang belakangan baru kami tahu kalau tak sengaja terkena smash temannya- insya Allah bisa sembuh juga. Cuma ya butuh waktu. Tidak bisa sim salabim sembuh setelah diobati. Qodarullah.

Saat kejadian, Senin sore bada Ashar, Sulthon main ke lapangan dekat rumah. Mau lihat teman-temannya main badminton ceritane. Ndilalah yang dipake buat main badminton bukan cock, melainkan batu. Hiks. Malangnya, batu yang di-smash mengenai mata kanannya. Seketika itu juga Sulthon tak bisa melihat, karena pupil tertutup darah.

Selama di rumah sakit, dokter meresepkan obat minum, obat tetes mata setiap 3 jam sekali dan setiap 6 jam sekali. Treatment dari dokter hanya menjaga posisi tubuh agar darah di mata bisa mengendap. Tidur harus setengah tegak, tidak boleh rebahan. Bed rumah sakit agak ditinggikan. Sholat duduk, ke kamar mandi pakai kursi roda. Semuanya demi ikhtiar agar kubangan darah di mata bisa turun. Nggak mubal, kalau bahasa awamnya. Hehe..

 

Prakteknya? Agak susah juga. Namanya anak-anak, ya gitu deh. Nggak bisa anteng, mudah jenuh. Belum waktunya pulang sudah bilang bosan. Hmmm…

 

Dirawat 3 Hari 2 Malam

 

Nginep di hotel sih enak, sambil liburan ya. Qodarullaah, Sulthon nginepnya di RS YAP.  Hehe. Yang aturan jenguknya ternyata masih ketat. Penunggu pasien harus tes swab. Bahkan saat suami harus keluar beberapa jam- karena ada keperluan mendesak dan tak bisa diwakilkan- penggantinya juga harus swab. Matur nuwun buat Mbah Titi dan Mbah Upeh, rela di swab untuk menggantikan ayahnya jaga Sulthon. Dari jam 10 sampai hampir Maghrib pula. Jazàkunnallahu khairan. Terima kasih juga buat Om Raka yang seharian bantu nyupiri wira wiri. Semoga semuanya Allah berikan kemudahan urusan karena mempermudah urusan orang lain. Aamiin.

 

Btw, saya yang ibunya malah nggak bisa masuk ke bangsal rawat inapnya, karena bawa bayi plus saya males banget mau swab. Tapi alhamdulillah dikirimi video dan foto dari mbah-mbahnya sudah cukup bikin ayem. Anaknya semakin membaik, doyan makan, dan tetap kakean polah. Pertanda baik. Meskipun saat itu matanya belum jelas untuk melihat. Masih blur katanya.

Mbah Titi dan Mbah Upeh

Perawatan di Rumah

 

Alhamdulillaah setelah bermalam 3 hari 2 malam di YAP, hari Rabu 15 Desember 2022 Sulthon sudah diijinkan pulang oleh dokternya.

 

Meski sudah boleh pulang, dokter berpesan untuk tetap bed rest selama di rumah. Jangan terlalu banyak gerak. Tak boleh lari, sholat tetap duduk, jangan menunduk, tidur masih tak boleh rebahan, harus setengah tegak. Obat dan treatment selama di rumah sakit tetap dilanjutkan, sampai nanti waktunya kontrol tanggal 20 Desember 2022. Alhamdulillaah, biidznillah semuanya semakin membaik.

Sholatnya duduk di bed

Kontrol 20 Desember 2022

Waktunya kontrol tiba. Saat cuaca sedang hot-hotnya. Subhanallah. Berdua naik motor dengan ayahnya, Sulthon berangkat kontrol ke RS YAP. Berangkat dari rumah sekitar pukul 10.00, eh pulangnya hampir Ashar. Kasihan. Mana panas banget cuacanya.

 

Kontrol pertama, dokter bilang kondisi membaik, namun tekanan mata masih tinggi.

 

Awal tiba di IGD hari Senin, 12 Desember, tekanan matanya sampai di angka 30. Padahal batas maksimal tekanan mata hanya 21. Hari kedua, tekanan sudah turun di angka 17. Nah, kontrol pertama rupanya masih dianggap tinggi. Obat minum sudah tidak diresepkan. Namun obat tetes mata jadi dapat 3. Wkwkwkwkwk. Yasudahlah, lanjut. Semua harus disyukuri sembari menunggu tiba hari kontrol kedua, tanggal 03 Januari 2023. Insya Allah.

Terima kasih untuk saudara dan sahabat untuk kiriman kue dan buahnya yaa… Tidak bisa difoto satu-satu. Maasya Allah.

Semoga tulisan ini bermanfaat. Setiap musibah insya Allah ada hikmahnya. Bisa dijadikan introspeksi diri. Dan semoga jadi penggugur dosa-dosa kami orang tuanya. Aamiin. Yang paling penting saat mendapati anak cidera saat main adalah jangan panik. Tetap mohon perlindungan Allah. Dan segera bawa ke rumah sakit agar dapat ditangani segera. Tak boleh ditunda-tunda.

Makasih snacknyaaa….

Sehat selalu ya semuanya…

 

Selamat menikmati liburan akhir tahun. Dimana saja kapan saja, jangan lupa berdoa dan mendoakan anak-anak. Memohon perlindungan dari segala marabahaya.

Lorong rumah sakit YAP yang akan selalu terkenang.

 

 

Terima kasih untuk Mas Ali, tetangga kami yang selalu siaga membantu saat kami butuh bantuan ambulans, terima kasih ambulanMu Muhammadiyyah, MCCC dan segenap tim relawannya.

Terima kasih untuk saudara, tetangga, dan sahabat atas doa-doa dan kirimannya.

 

Jazaakumullaahu khairan

About Author

Perempuan yang lebih suka ngoceh pakai jari daripada pakai mulut.

7 Comments

  1. Mbokne Haidar says:

    Maa syaa Allah baru i know bout this….Afwan ya Sulthon. Semoga lekas sehat seperti sedia kala ya. Aamiin

    1. Aamiin.. jazaakillaahu khairan budheee

  2. Mama Zahra says:

    MasyaAllah lekas sehat dan pulih kembaliya anak sholeh..

    1. Aamiin matur nuwun buliiik

  3. danis milania says:

    Kak keadaan dek Sulthon sekarang bagaimana? Apa penglihatannya masih blur? Kebetulan saya mengalami hal yang sama baru sebulan ini dan pengelihatan masih blur

    1. alhamdulillah sudah membaik mbak. memang agak lama ngeblurnya. ditetes mata dan minum obat dokter alhamdulillah sudah baik.

    2. maaf yaaa baru sempat dibalas. semoga segera sehat.

Tinggalkan Balasan ke Mama Zahra Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *