Bismillaah…
Duh, setelah beberapa tahun silam saya menulis kiat hidup damai saya dengan ibu mertua, mungkin sekarang giliran saya membahas bakti anak perempuan pada orang tua kandungnya. Ya, walaupun saya sendiri masih jauh dari kata berbakti pada orang tua, tapi bolehlah saya sedikit menulis rasa-rasan kali ini tentang hal itu. Meski tulisan kali ini masih jauh dari kata ideal sebagai rujukan ya. Please tulisan saya yang ini jangan dijadikan rujukan deh, anggap saja sebagai rasan-rasan biasa ya, theng-theng crit gitulah. 🤣
Berawal dari curhatan seorang sahabat lewat wa, dia mengeluh karena sering dibuat sakit hati dengan kelakuan ipar-iparnya. Terutama ipar perempuannya. Bagaimana tidak sakit hati, ibu mertuanya yang sudah lanjut usia, membutuhkan banyak biaya untuk kehidupan sehari-hari. Entah makan, uang susu, uang berobat, uang ini itu. Sahabat saya itu menyadari, bahwa ibu mertuanya adalah tanggung jawab suaminya. Dia pun mendukung penuh sang suami untuk berbakti pada ibunya. Nah, yang jadi masalah dan bikin sebel sahabat saya ini adalah perilaku ipar perempuannya yang cenderung cuek dengan ibu kandungnya sendiri. Mereka sebenarnya mampu untuk ikut serta menopang kebutuhan sehari-hari ibu kandungnya. Ya, tidak harus banyak sih, tapi setidaknya – harapan sahabat saya- perlihatkanlah juga perhatian pada ibu kandung sendiri. Jangan hanya bisa pamer jajan sana-sini, update status makan-makan dengan anak suami bahkan teman-temannya, plesiran ke tempat-tempat wisata, tapi pada ibu sendiri pelitnya bukan main. Itulah yang jadi ganjelan hati sahabat saya ini. Dia jengkel melihat perilaku seperti itu. Hmmm… Iya sih, saya pun ikut jengkel membayangkannya. 😅
Memang benar, secara syari’at, suami kita punya tanggung jawab yang lebih besar terhadap ibunya. Dan anak perempuan, sifatnya hanya boleh, tidak wajib.
Yang kami fahami anak lelaki jauh lebih besar tanggung jawabnya kepada kedua orangtuanya. Karena anak perempuan ia memiliki tanggung jawab untuk mengabdi pada suaminya. Maka persentasi anak lelaki lebih besar dalam hal ini. Imam Ibnu Utsaimin menyatakan:
“Nafkah itu diwajibkan bagi orang-orang yang berhak menjadi pemimpin rumah tangga, yaitu para ayah dan suami. Allah Ta’ala berfirman:
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّـهُ بَعْضَهُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ وَبِمَا أَنفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Para lelaki adalah pemimpin bagi para wanita, sesuai apa yang Allah karuniakan kepada mereka, dan karena mereka (diwajibkan) memberi nafkah dari harta mereka.” (QS. An-Nisa: 34)
Bisa baca disini https://bimbinganislam.com/kewajiban-mengurus-orangtua-bagi-anak-perempuan/
Akan tetapi, anak perempuan pun seharusnya punya perhatian juga pada ibunya, ini masalah nurani juga nih yang main. Mbok ya perhatian dikitlah sama ibu sendiri. Wong mbiyen juga sama-sama diragati. Gitu kali ya…
Ini sih kalau mau dibuat enteng binti ringan, ya sama-sama ngerti sajalah. Anak lelaki ngerti porsinya, anak perempuan pun seharusnya juga bisa ngerti kebutuhan ibu dan tanggung jawab besar saudara lelakinya. Kalau jajan dan plesiran mampu, seharusnya urun sedikit membantu menopang kebutuhan ibunya juga mampu dong. Tidak lepas tangan begitu saja. Gitu saja enak sebenarnya. Harusnya…
Cuma kadang masalahnya adalah si anak lelaki dibebani diatas kemampuannya sedangkan si anak perempuan malah cuek pada kebutuhan ibunya. Ini yang bisa jadi sumber cekcok dan kecemburuan sosial dalam keluarga. 😂
Padahal kalau mau dibuat enak, tinggal mikirnya : Yuk sama-sama kita penuhi kebutuhan ibu kita. Baik anak lelaki maupun anak perempuan, semua turut serta. Gotong royonglah. Semua turut serta berbuat baik pada orang tua yaitu ibu.
Allah Ta’ala berfirman,
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Isra’: 23)
Bisa baca disini:
https://rumaysho.com/16882-cara-membahagiakan-orang-tua.html
Kan jadi enak kalau semua sadar posisinya. Wong dulu – baik anak lelaki maupun anak perempuan- lahirnya juga dari pintu yang sama kan? 😅 Ya of course berbaktinya sesuai kemampuan masing-masing. Dalam hal ini berbakti dalam artian membiayai ya, bukan membahas bakti yang lain dulu. Biar sama-sama bisa mendulang pahala ngragati lan ngopeni ibu, ya kan?
Semoga Allah berikan rizki yang halal dan cukup untuk suami kita agar mampu merawat dan membiayai keluarga dan Allah berikan kemudahan bagi kita sebagai anak perempuan untuk tetap berbakti pada orang tua kandung kita. Aamiin…
Disclaimer :
Postingan ini hanya sebagai reminder, bahwa kita sebagai anak perempuan “seharusnya” memperhatikan kebutuhan ibu kandung kita juga. Jangan hanya pasrah bongkokan pada saudara lelaki kita. Duh, ini sih reminder saya juga nih. Wkwkwkwk…