Ini hanyalah sekelumit kenangan lamaku tentang dia yang bernama Rubijah. Kenangan yang hingga saat ini membuatku bangga sekaligus malu. Tapi mungkin rasa malu itu hanya seujung jariku bila dibandingkan dengan rasa banggaku pada sosoknya. Sosok Simbok di masa kecilku yang kalau lagi keluar galaknya, membuat aku malu pada teman-temanku. Tapi sering di saat-saat tertentu, aku pun bangga menjadi cucunya.
Serial Rubijah : Brownies Katresnan
“Cinta ibu sepanjang jalan, cinta anak sepanjang galah.”
Sepertinya ungkapan itu memang benar untuk menggambarkan cinta kasih seorang ibu. Diibaratkan seperti sebuah jalan, tanpa ujung, tanpa akhir. Begitulah cinta seorang ibu pada anak-anaknya. Tanpa melihat adanya jalan buntu tentu. Hehe… Kalaupun ada seorang ibu yang tega menyakiti buah hatinya, kurasa ada yang salah dalam diri dan kehidupan ibu itu. Entahlah.
Catatanku kali ini hanya akan bercerita tentang seorang ibu dengan cintanya yang sepanjang jalan. Ya, si ibu itu adalah Rubijah. Mbah Sastro putri, simbahku yang biasa kupanggil Simbok.
Serial Rubijah : Ojo Grusa Grusu
Kali ini Simbokku aka Mbah Sastro, bicara jodoh. Hampir setiap sore, menjelang adzan Maghrib, aku dan Simbok duduk-duduk di teras. Ada saja yang bisa dijadikan bahan obrolan.Tapi hampir sepanjang obrolan itu, aku lebih banyak diam mendengarkan.
Serial Rubijah : Ketika Airmata Bicara
Serial Rubijah : Bocah Kurang Ajar!
Siapa sangka, garis takdir membawa perempuan yang kini berusia hampir 90 tahun itu ke sebuah desa berjuluk Pringwulung. Setelah dipersunting seorang kepala desa kala itu, Rubijah (mohon dibaca Rubiyah ) lebih dikenal dengan nama sang suami, Bu Sastrowihardjo.