Nasi Kebuli Kaya Rempah di Dapur Lala Jogja

Bismillaah..

Postingan kali ini saya mau coba review produk lokal nih. Ini adalah review ala-ala ya. Kita santai aja gitu, karena saya bukan chef, apalagi master chef. Hahaa..

Santai aja ngereviewnya yes..

Oke, langsung ke menu best selling dari Dapur Lala Jogja, yaitu Nasi Kebuli dan Mandhi. Sebenarnya Dapur Lala punya banyak menu di dapurnya, tetapi yang sering saya cicip ya nasi kebulinya. Jadi yang saya review nasbulnya aja. Wkwkwkwk..

Beberapa pilihan menu di Dapur Lala Jogja. Favorit saya nasi kebuli ayam.

 

Dulu awal makan nasi kebuli karena dapat kiriman dari seorang sahabat nun jauh di Kalimantan sana. Jazaahallaahu khairan.

Matur nuwun Haidar dan ‘Athiyah… Salam kangen juga dari Sulthon dan Atqiya. Muaacchh…

Waktu itu doi kirim beberapa paket nasi kebuli ke rumah, kaget juga saya, seumur-umur belum pernah makan nasbul gitu lho. 😂

Eh, alhamdulillaah, datanglah nasbul dengan brand Dapur Lala. Nasi kebuli plus topping daging, acar pedas yang enak banget rasanya (kayaknya rasa acarnya Dapur Lala belum ada tanding deh) dan tentu saja kerupuk udang.

Fyi, sepanjang makan nasi kebuli itu, suami dan ibu mertua saya beradu argumen- cieee beradu argumen- untuk memutuskan apakah topping di nasi kebuli itu daging sapi atau daging kambing. 🤣

Suami saya bilang itu daging sapi, makanya doi doyan makan. Yes, karena  suami saya nggak bisa makan daging kambing, nggak doyanlah. Kalau daging sapi, suami masih bisa makan tapi harus benar-benar nggak ada bau amis. Sementara saya sama sekali nggak bisa makan daging kambing maupun sapi. Meskipun 2 macam daging itu nggak ada bau, teteup saya nggak bisa nelan. Jadi saya cuma makan nasbul sama acarnya aja.

Sementara ibu mertua bilang, “Topping nasbulnya ini daging kambing, tapi memang nggak bau sama sekali. Wah pinter ini yang masak.”

Soal rasa nasbul, saya paling suka yang ala Dapur Lala ini. Cocok banget di lidah. Selain karena nggak ada bau amis / prengus sama sekali, semua masakannya juga non-msg. Penggunaan rempah-rempah di nasinya juga ‘berani’ lho. Jadi nggak nanggung. Nendang banget rasanya. Apalagi kalau lagi flu, makan nasbulnya Dapur Lala bikin nyaman di tenggorokan, karena sensasi hangat rempahnya kuat. Setelahnya, bisa bikin tidur makin nyenyak. Hihi… Saya suka banget. Oya, untuk dagingnya, baik kambing, sapi maupun ayam, semua diolah dengan cara dioven. Jadi no minyak tapi tetap empuk dan mretheli.

Untuk acarnya, ini paling spesial deh. Maasya Allah. Saya sering request ekstra acar kalau pas mesen untuk dimakan sendiri. Habis enak sih. Acarnya segar, pedas, dan pas banget sama nasbulnya.

Nasbul Dapur Lala memakai beras biasa. Ini mungkin agar harganya bisa terjangkau masyarakat menengah ke bawah ya. Tapi bisa juga request pakai beras basmati, itu lho beras yang teksturnya panjang-panjang. Terlihat keras tapi sebenarnya empuk, tapi memang harganya lebih mahal dari beras lokal. Import sih…

Nah, untuk kekurangannya..

Apa ya? Hampir tidak ada menurut saya, kecuali tekstur nasi yang kadang kalau sudah dingin jadi agak keras. Itu saja sih. Tapi tetap bisa diempukkan lagi dengan cara mengukusnya sebentar. Atau masukkan ke magic jar aja agar selalu empuk dan hangat.

 

Kebuli dengan ayam utuh. Mantab lah…

Sejak makan nasbul kiriman sahabat saya itu, saya jadi ketagihan. Akhirnya sering mesen langsung ke Dapur Lala. Tapi dengan topping daging ayam aja. No kambing no sapi pokoknya. Hahaa..

Dapur Lala menerima pesanan dalam jumlah besar juga lho. Dulu waktu acara khitanan Sulthon, saya memilih memesan paket nasbul ayam untuk acara tasyakuran kecil-kecilan. Untuk hantaran atau hadiah tanda cinta ke sahabat, keluarga, ustadzah, atau kerabat, Dapur Lala bisa jadi pilihan yang oke banget. Untuk harga, menurut saya terjangkau banget. Untuk porsi sekeluarga- bisa dimakan 3 orang dewasa dan 2 anak- dengan lauk ayam utuh hanya dibandrol 50K. Murah banget kan. Coba saja!

Contoh nasi kebuli untuk hantaran atau hadiah kepada mereka yang kita sayang.

 

Alamat Dapur Lala : Gedongkuning, Jogjakarta

Kontak : Lala (+62 818-0400-5800)

 

 

About Author

Perempuan yang lebih suka ngoceh pakai jari daripada pakai mulut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *