Impetigo Si Cacar Api

Bismillah..

Inilah kisah tentang Si Impetigo atau lebih dikenal dengan nama cacar api. Karena bentuk lukanya seperti kulit terkena sundutan api, melepuh-lepuh gitu deh..

Artikel ini ditulis untuk sekedar berbagi pengetahuan saja. Barangkali ada buibu yg anaknya sedang mengalami hal yang sama. Don’t panic, you’re not alone, Buk..

Singkat cerita, sekira sepekan yang lalu, di sekitar hidung dan mulut anak saya yang gede muncul semacam lepuhan-lepuhan kecil. Saya pikir itu karena digaruk. Naluri Simbok, langsung kepikiran olesin minyak zaitun. Eh, keesokan harinya kok nambah segerombol. Olesin deh pake minyak tawon.

Nha, tiba-tiba di kulit adeknya muncul juga lepuhan yang sama. Di tempat yang sama persis, sekitar mulut dan hidung. Karena sering digaruk, menyebarlah ini lepuhan kemana-mana. Sampai wajahnya penuh lepuhan. Tiap malam makin beringas nggaruknya. Menyebar sampai leher dan tangan. Makin galau deh Simboknya. Hiks..

Tapi nggak boleh panik. Berusaha searching-searching.

Petunjuk datang. Oh, ternyata ini kena Impetigo. Sumeten/suleten kalau orang dulu bilang. Penyebabnya karena bakteri blablabla, susah ngejanya. Ribet neng ilat.

Tapi kalau angkatan ortu sama simbah kita sih bakalan bilang ini karena ada barang si anak yang kebakar. Wallahu ‘alam. Yang jelas secara medis ini disebabkan oleh infeksi bakteri.

Bisa dibaca di link ini : www.alodokter.com/impetigo

Setelah mencoba beberapa herbal resep ortu dulu, dan ternyata nggak begitu signifikan efeknya, akhirnya kami ke dokter deh.. Biar makin yakin dengan si Impetigo ini. Sekalian ikhtiar untuk mendapat obat yang bisa mencegah penyebarannya.

Seluruh area wajah, kaki, tangan, punggung bahkan area dekat kemaluan Qiya hampir dipenuhi si Impetigo ini. Kasian banget. Hiks..

Olalaaa.. Setelah ketemu dengan si dokter, doi kekeuh marekeuh bilang anak saya kena infeksi virus. Semacam herpes katanya. Akhirnya diresepkan salep Acyclovir dan puyer.

Karena saya sama sekali nggak yakin dgn diagnosa dokter, plus saya tidak diberi tahu obat apa yang dijadikan puyer itu, akhirnya puyer saya buang. Salep tetap saya coba oleskan. Bismillah..

Dan efek salepnya justru membuat kulit Qiya makin mengenaskan. Jadi kering, keras dan penyebarannya tak mau berhenti juga. Huhuhu… #nangis.

 

Saya nggak mau menyerah. Searching-searching again. Nemu blog seorang ibu dengan kasus yg sama. Doi pakai kayu secang buat mandiin anaknya yg kena impetigo juga. Oke dicoba lah pakai secang juga buat mandiin anak2. Sebelumnya saya pakai bubuk PK. Yah, lumayan hasilnya. Alhamdulillah. Tapi teteup, si bakteri itu nyebaaarr.. Unstopable.

 

Malamnya, sekitar jam 12 malam saya nggak bisa tidur. Nggak tega ngeliat wajah anak sy jadi begitu. Ya Allah.. apa salah dan dosakuuu.. #serius saya jadi kepikiran punya dosa apa.. hiks

Akhirnya searching2 lagi.. Mencari kebenaran gitu deh..

 

Alhamdulillah banget ketemu tulisan pak dokter yg ini. Semua diagnosanya saya sepakat. Dan ternyata oh ternyata, salep yang diberikan seharusnya yg ber-kloramfenikol. Bukan salep Acyclovir. Karena ini bakteri yha, Buk.. Bukan virus. Acyclovir untuk kasus infeksi karena virus. Bukan antibiotik. Sementara anak saya butuhnya salep antibiotik.

Keep syabaaarr.. Semua ini cobaan.

Link nya disini;

googleweblight.com/?lite_url=http://dokterirwandigafima.blogspot.com/2010/07/impetigo.html?m%3D1&ei=KtuJu–y&lc=en-ID&s=1&m=282&host=www.google.co.id&ts=1491201128&sig=AJsQQ1DdV1_IgBZ6mBLOoO0ic0vtHAJIVA

Jam setengah satu malam, suami bela-belain ke apotik demi nyari ini salep. Dapet dengan harga 9500rupiah. Langsung deh oles2 ke bagian yang lepuh. Keesokan paginya, alhamdulillah.. Allahu akbar, lepuhan mulai kempes. Dan tidak terlihat ada lepuhan baru.

Alhamdulillah.. Bi’idznillaah. Allah yg Maha Menyembuhkan. Syafakumulloh anak2 Simbok..

Yha begitulah. Jangan taklid buta dengan dokter. Karena doi juga manusia. Bisa salah diagnosa. Kita lah yang kudu berusaha to be informed parents. Terus sinau. Modal kuota juga ga papa. Pokoke nek ra yakin, sinau sampe ketemu. *Tsaaahh..

About Author

Perempuan yang lebih suka ngoceh pakai jari daripada pakai mulut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *