Untuk satu-satunya sahabat yang menangis di hari pernikahanku.

Untuk satu-satunya sahabat yang selalu ada.

Tanpa batas.

Tanpa waktu.

Sahabat..

biar kukatakan padamu, sekali lagi.

Bahwa bagi kita, hari akan slalu pagi.

Bagi kita, awan hanya memiliki satu warna, biru.

Bagi kita, kehidupan tak pernah sekeras yang mereka ceritakan.

Sahabat..

Kau dan aku pernah mengejar selaksa warna bersama.

Dengan peluh..

Keluh..

Mengaduh..

Dan derai tawa adalah penutupnya.

Karena bagi kita, hitam tak pernah ada.

Kelam tak pernah menjadi nyata.

Sahabat..

Selamanya adalah kita.

Seperti pernah kukatakan padamu..

‘Hingga senja berada di ujung hari. Dan mati.’

Untuk sahabat, aku berterima kasih.

-PWL.13.OCT.2010-

*For the dumberer I’ve ever known.

omasastro

Perempuan yang lebih suka ngoceh pakai jari daripada pakai mulut.

You may also like...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.